Akhirnya bisa menyelesaikan novel haruki murakami, Norwegian wood. Novel ini lumayan tebal dan berat. Dalam artian, berat secara isi. Menceritakan pergulatan psikologis masing-masing tokoh di dalamnya. Dan gak ada yang ringan apabila novel bercerita tentang pergulatan psikologis.
Novel ini mengingatkan saya tentang karya-karya Paulo Coelho. Perbedaannya adalah, apabila Paulo Coelho kebanyakan menceritakan pergulatan tokohnya dalam mencari kesejatian (seperti dalam sang alkemis), maka murakami menceritakan pergulatan psikologis tokoh-tokohnya dalam percintaan dan pemaknaan hubungan percintaan antar manusia. Di novel ini, para tokoh digambarkan sebagai pribadi-pribadi muda yang mengalami trauma karena masa lalu karena kejadian bunuh diri dari orang terdekat sang tokoh utama. Bisa dibilang bahwa novel ini bererita mengenai bunuh diri dan apa yang dilakukan tindakan ini pada orang-orang terdekat.
Seluruh tatanan masyarakat kita mencela dan mengutuk tindakan bunuh diri. Dianggap sebagai tindakan pengecut dan mengambil hak Sang Pencipta Kehidupan. Pengecut, karena tindakan ini adalah cerminan dari tindakan yang tidak berani hidup. Bunuh diri menghasilkan kematian, yang tentu saja masih dianggap secara umum sebagai lawan dari kehidupan. Dan apabila ada tindakan yang menyebabkan kematian hadir tidak secara alami, maka tindakan itu akan dianggap sebagai tindakan yang melawan kehidupan. Dan mengakhiri kehidupan artinya adalah tindakan pengecut.
merenggut hak Sang Pencipta sudah jelas, bahwa seperti juga kehidupan maka kematian adalah hak dari Sang pencipta. Kapan dan bagaimana Dia memberikan kehidupan adalah mutlak hak Dia. Demikian juga dengan kematian, kapan dan bagaimana adalah hak Sang Pencipta. Jadi ketika seseorang melakukan tindakan bunuh diri, dianggap sebagai mengambil hak Sang Pencipta.
Nah, novel ini menjadikan bunuh diri sebagai pusat cerita. Dimana, tokoh-tokohnya adalah orang-orang yang terdampak langsung atas peristiwa bunuh diri.
Secara singkat, novel ini bercerita tentang 3 orang, sepasang kekasih dan 1 orang laki-laki sahabat pasangan ini. Entah karena apa, akhirnya laki-laki yang sudah mempunyai pasangan ini bunuh diri dan meninggalkan kekasihnya. Norwegian Wood mendasarkan keseluruhan ceritanya pada persahabatan perempuan yang ditinggal mati kekasihnya karena bunuh diri dan lai-laki yang merupakan sahabat dari pasangan ini.
Ceritanya mengambil latar belakang sekian tahun setelah kejadian bunuh diri dan di kota yang jauh dari asal mereka. Ketika mereka sudah sama-sama menempuh pendidikan tinggi. Dan konflik-konflik psikologis berputar di antara kedua sahabat ini. Bagaimana mereka memandang bunuh diri sahabatnya ini, bagaimana mereka secara psikologis menghadapi kematian sahabatnya. Dimulai dengan saling menguatkan dan saling memahami yang pada satu titik membuat mereka saling membutuhkan. Tidak hanya secara psikologis, namun juga secara fisik. Dari situ cerita berjalan semakin berat. Dimana satu tokoh mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan trauma nya. Sang laki-laki menyelesaikan trauma nya dengan berusaha menjalani kehiduoan sewajar dan senormal mungkin. Kuliah, bekerja, menjalin hubungan dengan manusia lain, pacaran, bercinta dan seterusnya. Sambil terus mencoba berdamai dengan masa lalu nya. Sementara si perempuan, berusaha mengurai trauma nya dengan menguliti ke dalam dirinya. Dengan terus membedah dan mempertanyakan hal itu. Tokoh ini, akhirnya berada di sanatorium dan berkutat dengan dokter, psikolog, terapi berkepanjangan untuk mencari solusi tentang trauma nya.
Dua pendekatan yang berbeda dalam menyikapi sebuah peristiwa. Tidak dijelaskan secara gamblang oeh Murakami, apakah perbedaan pendekatan kedua tokoh ini berkaitan dengan jenis kelamin mereka. Karena seperti yang telah dipahami, bahwa laki-laki dan perempuan mempnyai cara pandang dan pendekatan yang berbeda terhadap sebuah masalah. Mungkin juga perbedaan pendekatan yang kedua tokoh ini ambil karena kedua tokoh ini mempunyai tingkat kedekatan yang berbeda dengan si bunuh diri. Bisa saja.
Murakami membawa cerita ini menjadi cerita yang berat, padat dan muram. Memang ada disana sini sedikit gurauan satir dan kering, namun secara keseluruhan cerita yang dibangun sangatlah muram. Awalnya saya berfikir bahwa tokoh-tokoh yang ada di Norwegian Wood adalah orang-orang berusia 30 atau 40 an. Karena begitu berat mereka memaknai hidup dan begitu muram mereka mereka melihat hidup sehari-hari. Ternyata mereka berusia 20 an. Berat sekali hidupnya. Pemuda yang seharusnya menikmati kebebasan dan juga menikmati masa muda nya, pada akhirnya harus berkutat dengan segala macam tetek bengek psikologis sebagai akibat dari kejadian masa lalu.
Ini pertama kalinya saya membaca Haruki Murakami. Banyak teman yang merekomendasikannya, termasuk norwegian wood-nya. Saya awalya berfikir bahwa Murakami adalah penulis yang mempunyai genre berbeda dengan Paulo Coelho, Jostein Gardeer atau Umberto eco. Namun saya melihatnya hampir sama. Penulis-penulis ini terlalu berat dan tebal. Memaknai hidup secara filosofis dan psikologis. Saya berharap, Murakami bisa menceritakan tentang jepang dan budaya nya. Tentang orang-orangnya. Namun norwegian wood, bisa saja bersetting tempat dimana pun di dunia. Masalah yang dihadapi tokoh-tokohnya bisa saja di Jakarta, Paris, Moskow atau kota besar lainnya. Tidak terlalu spesial menurut saya. Meskipun saya melihat Murakami cukup detail dalam menggabarkan kedalaman dan kepekatan emosi dari para tokohnya. Saya kira di situ keunggulan Murakami. Bisa menceritakan kedalaman emosi dan keribetan psikologis dengan detail dan runtut. Pembaca tidak terlalu kesulitan untuk ikut larut dalam semua masalah psikologis tokoh-tokohnya.